Pages

Subscribe:

Rabu, 19 Maret 2014

Filariasis ( tugas)


Pengertian
Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan
penyakit menular menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria dan ditularkan
oleh berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur hidup
berupa pembesaran tangan, kaki, payudara, dan buah zakar. Cacing filaria hidup di
saluran dan kelenjar getah bening. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala
klinis akut dan atau kronik (Depkes RI, 2005).

Etiologi
Filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang hidup di saluran dan
kelenjar getah bening. Anak cacing yang disebut mikrofilaria, hidup dalam darah.
Mikrofilaria ditemukan dalam darah tepi pada malam hari.
Filariasis di Indonesia disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria yaitu:
1. Wuchereria bancrofti
2. Brugia malayi
3. Brugia timori (Gandahusada, 1998).

Vektor
Di Indonesia telah terindentifikasi 23 spesies nyamuk dari 5 genus yaitu
Mansonia, Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres yang menjadi vektor filariasis.

Hospes
A. Manusia
Setiap orang mempunyai peluang yang sama untuk dapat tertular filariasis
apabila digigit oleh nyamuk infektif (mengandung larva stadium III). Manusia yang mengandung parasit selalu dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain yang rentan
(suseptibel).
B. Hewan
Beberapa jenis hewan dapat berperan sebagai sumber penularan filariasis
(hewan reservoir). Hanya Brugia malayi tipe sub periodik nokturna dan non periodik
yang ditemukan pada lutung (Presbytis criatatus), kera (Macaca fascicularis), dan
kucing (Felis catus) (Depkes RI, 2005).

Cara Penularan
Pada saat nyamuk menghisap darah manusia/hewan yang mengandung
mikrofilaria, mikrofilaria akan terbawa masuk ke dalam lambung nyamuk dan
melepaskan selubungnya kemudian menembus dinding lambung nyamuk bergerak
menuju otot atau jaringan lemak di bagian dada. Mikrofilaria akan mengalami
perubahan bentuk menjadi larva stadium I (L1), bentuknya seperti sosis berukuran
125-250μm x 10-17μm dengan ekor runcing seperti cambuk setelah 3 hari. Larva
tumbuh menjadi larva stadium II (L2) disebut larva preinfektif yang berukuran 200-
300μm x 15-30μm dengan ekor tumpul atau memendek setelah 6 hari. Pada stadium
II larva menunjukkan adanya gerakan. Kemudian larva tumbuh menjadi larva stadium III (L3) yang berukuran 1400μm x 20μm. Larva stadium L3 tampak panjang dan
ramping disertai dengan gerakan yang aktif setelah 8-10 hari pada spesies Brugia dan
10-14 hari pada spesies Wuchereria. Larva stadium III (L3) disebut sebagai larva
infektif.
Apabila seseorang mendapat gigitan nyamuk infektif maka orang tersebut
berisiko tertular filariasis. Pada saat nyamuk infektif menggigit manusia, maka larva
L3 akan keluar dari probosisnya dan tinggal di kulit sekitar lubang gigitan nyamuk
kemudian menuju sistem limfe. Larva L3 Brugia malayi dan Brugia timori akan
menjadi cacing dewasa dalam kurun waktu 3,5 bulan, sedangkan Wuchereria bancrofti memerlukan waktu lebih 9 bulan (Depkes RI, 2005).


Gejala
Gejala-gejala yang terdapat pada penderita Filariasis meliputi gejala awal
(akut) dan gejala lanjut (kronik). Gejala awal (akut) ditandai dengan demam berulang
1-2 kali atau lebih setiap bulan selama 3-4 hari apabila bekerja berat, timbul benjolan
yang terasa panas dan nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa adanya luka di badan,
dan teraba adanya tali urat seperti tali yang bewarna merah dan sakit mulai dari
pangkal paha atau ketiak dan berjalan kearah ujung kaki atau tangan. Gejala lanjut
(kronis) ditandai dengan pembesaran pada kaki, tangan, kantong buah zakar,
payudara dan alat kelamin wanita sehingga menimbulkan cacat yang menetap
(Depkes RI, 2005).

Tindakan Pencegahan dan Pemberantasan Filariasis
Menurut Depkes RI (2005), tindakan pencegahan dan pemberantasan filariasis
yang dapat dilakukan adalah:
1. Melaporkan ke Puskesmas bila menemukan warga desa dengan pembesaran kaki,
tangan, kantong buah zakar, atau payudara.
2. Ikut serta dalam pemeriksaan darah jari yang dilakukan pada malam hari oleh
petugas kesehatan.
3. Minum obat anti filariasis yang diberikan oleh petugas kesehatan.
4. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan agar bebas dari nyamuk penular.
5. Menjaga diri dari gigitan nyamuk misalnya dengan menggunakan kelambu pada
saat tidur.

daftar pustaka http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21349/3/Chapter%20II.pdf



0 komentar:

Posting Komentar