Pages

Subscribe:

Jumat, 27 Juni 2014

Echinococcosis granulosus

Ekinokokosis/hidatidosis adalah suatu penyakit zoonosis cestoda yang disebabkan oleh infeksi stadium larva Echinococcosis granulosus. Parasit cacing pita ini berukuran kecil (panjangnya < 1 cm) dan mempunyai tiga segmen. 
Untuk melengkapi siklus hidupnya, 


E. granulosus memerlukan dua mamalia sebagai inangnya. Cacing dewasanya hidup di dalam usus kecil hewan carnivora, terutama anjing (induk semang definitif) dan menghasilkan telur yang mengandung larva infektif. Sedangkan stadium larva, metacestode berkembang didalam organ internal hewan ungulata, misalnya, domba, sapi, babi dan onta (induk semang antara). Secara asidental E. granulosus dapat menginfeksi manusia (bila tertelan telur infektif) dan dalam perkembangan stadium larva (hidatid) dapat membentuk kista pada organ tubuh inangnya (terutama hati dan paru-paru). Penyebaran penyakit hidatid secara kosmopolitan, terutama di daerah yang mempunyai populasi domba dan sapi yang sangat banyak. Penyakit ini merupakan problem utama di daerah Timur Tengah, Afrika utara dan sub sahara serta di Amerika Utara. E. granulosus kurang patogen pada anjing, tetapi bersifat patogen pada manusia dan menyebabkan hidatidosis (cystic hydatidosis). Penyakit ini, pada stadium awal tidak memperlihatkan gejala klinik (aymptomatic). Gejala klinis dapat terjadi setelah masa inkubasi yang cukup lama (diperkirakan beberapa bulan hingga tahunan). Dan, tergantung dari jumlah, besar dan lokasi kista, perkembangannya (aktif/inaktif) serta terjadinya penekanan kista terhadap jaringan di sekitarnya. Ukuran kista pada organ tubuh manusia sangat bervariasi, biasanya sekitar 1-15 cm, tetapi bisa juga lebih besar (diameter > 15 cm). Kista pada hati dapat menimbulkan rasa nyeri perut di bagian atas, hepatomegali dan berbagai macam gejala yang lain. Batuk kronik, sesak nafas dan hemoptysis dapat disebabkan oleh kista pada paru-paru. Pada induk semang antara, diagnosa tergantung ada/tidaknya kista pada organ, terutama pada hati dan paru-paru. Diagnosis pada anjing dengan ditemukannya cacing (dewasa) E. granulosus. Sedang pada manusia diagnosis ekinokokosis didasarkan pada gejala klinik, ultrasonografi dan pemeriksaan dengan sinar X (X-Ray) dan metode lain yang dapat mendukung diagnosis yaitu dengan deteksi serum spesifik antibodi/uji imunodiagnostik. Di Indonesia, secara serologi pernah ditemukan pada penduduk di sekitar danau Lindu, Sulawesi Tengah, namun pada anjing tidak ditemukan cacing E. granulosus.

Tarmudji. Ekinokokosis/hidatidosis Suatu Zoonosis Parasit Cestoda Penting Terhadap Kesehatan Masyarakat. Balai Penelitian Veteriner.bogor. digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repository/.../5971.pdf

0 komentar:

Posting Komentar